5 Makanan Tradisional Ini Memang Sulit Ditemukan

Mungkin saat masih anak-anak, kita sering mengonsumsi makanan yang kini sulit ditemukan. Dan memang, tidak hanya hewan atau tumbuhan yang menjadi langka, makanan juga bisa sulit di jumpai.
Ada banyak alasan berbeda. Yang jelas, bukan karena rasanya tidak enak. Nyatanya, rasanya sangat enak dan membuat Anda ingat selamanya. 

Nasi Tiwul

Orang bisa saja meninggal pada makanan tradisional karena mereka lebih memilih makanan yang lebih modern dan menarik saat ini. Orang terlihat lebih gengsi jika mereka makan makanan modern, terutama yang diimpor. 

Ini mungkin juga makanan yang semakin sulit ditemukan karena menyusutnya lahan pertanian. Juga karena sedikit orang yang mengetahui teknik membuat masakan tersebut. Beberapa masakan daerah cukup rumit dan membutuhkan banyak waktu dalam mengolahnya.

Apapun alasannya, tak ada salahnya jika kita menghidupkan kembali makanan tradisional yang hampir punah. Dan berikut beberapa makanan yang sulit ditemukan.

Daftar Isi
  1. Nasi Thiwul
  2. Semanggi Surabaya
  3. Sayuran babanci
  4. Gula Susu (Gula Puan)
  5. Jaha (ketan bambu)
Inilah 5 Makanan Tradisional Ini Memang Sulit Ditemukan

1. Nasi Thiwul

Banyak orang sudah melupakan jenis masakan ini. Semua orang pasti lebih familiar dengan thiwul yang diberi kelapa dan gula. Namun nasi Thiwul yang satu ini berbeda. Cara mengkonsumsinya dengan lauk pauk dan sayur seperti kita makan nasi putih.

Di daerah lain, makanan ini mungkin sudah tidak ditemukan lagi. Semua orang kebanyakan makan nasi putih. Namun sajian berbahan dasar tapioka ini masih bisa ditemukan di beberapa rumah makan di Pacitan, kota di ujung paling selatan Jawa Timur. Konon masyarakat di sana sudah makan nasi thiwul sejak jaman dulu karena harganya yang jauh lebih murah, membuat kenyang lebih lama dan bisa menyembuhkan sakit maag.

Nasi thiwul sebenarnya berwarna coklat. Namun terkadang sedikit dicampur dengan nasi putih karena perlu sedikit nasi putih untuk memasaknya agar tidak lengket. Untuk kawan nasi thiwul, penduduk setempat menambahkan sayur, ikan goreng, lalapan atau urap sayur dan sambal bawang. Lebih enak lagi jika Anda makan sambil menikmati semilir angin di pantai. Hmmmmmm…

2. Semanggi Surabaya

Sesuai dengan namanya, makanan ini berasal dari Surabaya. Ini terlihat seperti pecel. Rasanya mirip pecel. Namun, jika pecel menggunakan banyak sayuran sekaligus, semanggi hanya menggunakan rebusan dari daun semanggi saja(Marsilea Crenata) dan toge. Sambalnya berwarna coklat tua kental. Bahan utama untuk membuat kuahnya adalah ubi jalar, petis udng, terasi, kacang tanah dan cabai (kalau suka makan pedas). Umumnya semanggi disajikan dalam daun pisang yang dipincuk(istilah orang jawa). Semanggi rebus ditaburi sambal diatasnya dengan kerupuk nasi atau kerupuk puli.

Dulu di Surabaya, sajian ini kerap dijual oleh ibu-ibu paruh baya. Ia berjualan semanggi, biasanya diletakkan di dalam wadah baskom, di sunggi diletakkan di atas kepala, sedangkan tangan kirinya memegang keranjang yang berisi kerupuk puli dan daun pisang untuk membuat pincuknya.

Saat ini sangat sulit menemukan pedagang yang menjual semanggi di Surabaya. Terkadang mereka hanya lewat sekali dalam beberapa hari. Alasannya karena sulit menemukan daun semanggi. Memang sih sawah di sekitar Surabaya semakin menyusut. Karena, di tempat seperti sawah inilah daun semanggi ini bertunas. Alhasil, makanan tradisional ini semakin langka sekali.

3. Sayuran Babanci

Sayur Babanci adalah salah satu makanan khas Betawi. Bahan utama masakan ini adalah sayur mayur, daging sapi, nasi, petai dan kelapa muda. Kuahnya berupa kuah santan pedas. Mirip dengan kari atau gulai, tetapi sayurannya mendominasi.

Sayuran ini jarang ditemukan di masyarakat Betawi karena sulitnya mencari bumbu tambahan. Meski bahan utamanya relatif mudah, namun sebenarnya membutuhkan bumbu yang sulit ditemukan, seperti mangga, kedaung, lempuyang dan bangle. Karena sulitnya mencari beberapa bahan tersebut, kini masyarakat Betawi hanya menyajikan sayur mayur pada hari raya keagamaan sebagai menu keluarga, seperti hendak berbuka puasa, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.

4. Gula Susu (Gula Puan)

Makanan ini merupakan makanan khas daerah palembang. Konon, itu dulunya makanan raja. Rasanya manis dan nikmat bila dioleskan di atas roti tawar. Tetapi jika Anda hanya ingin memakannya begitu saja tidak ada masalah.

Bahan utamanya adalah susu kerbau dan gula pasir. Agar lebih harum, orang biasanya menambahkan sedikit daun pandan. Untuk membuat sajian ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Caranya dengan mencampurkan susu dan gula pasir, lalu panaskan dalam panci, lalu aduk selama 3-4 jam. Selama itu, jangan berhenti mengaduk. Karena jika berhenti mengaduk maka gula akan menjadi gosong.

Saat ini hanya ada satu wanita penjual gula puan di Palembang. Bernama Roibi. Ia hanya berjualan Gula Puan setiap Jum'at setelah Sholat Jumat di pintu gerbang Masjid Agung kota Palembang. Dia mewarisi metode memasak dari orang tuanya. Setiap berjualan, dia hanya membawa 2 panci gula puan saja. Jadi, jika Anda tidak kebagian gula puan, maka Anda harus menunggu seminggu lagi untuk bisa membelinya.

5. Jaha (ketan bambu)

Jaha merupakan sajian khas Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara. Kata jaha sendiri diduga berasal dari kata nasi dan jahe. Bahan utamanya adalah ketan, santan dan bumbu, termasuk jahe. Resepnya adalah campuran ketan, jahe, bumbu dapur dan santan. Kemudian dimasukkan ke dalam batang bambu yang dilapisi dengan daun pisang dan kemudian dipanggang. Biasanya Jaha dimakan dengan daging rusa atau abon daging rusa, daging sapi atau ikan cakalang yang dicincang halus. Bisa juga dimakan dengan kari dan gulai.

Layaknya seperti sayur babanci, jaha ini jarang ditemukan dalam menu sehari-hari. Kehadirannya hanya bisa dijumpai saat hari raya dan saat ada ritual adat di Sulawesi Tengah dan adat sulawesi Utara. 

0 Response to "5 Makanan Tradisional Ini Memang Sulit Ditemukan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel